Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 😀
Sudah lama sekali gak cerita di blog tentang kehidupanku. Mari kita update kehidupan pasca menjadi sarjana. Sama seperti pengangguran pada umumnya, aku sibuk mencari pekerjaan mulai dari yang sesuai dengan passionku, sampai yang sesuai dengan title ku. Hampir 3 bulan aku apply sana-sini, ada beberapa yang memanggilku untuk interview tapi setelahnya aku merasa kurang cocok dengan satu dan lain hal. Sampai pada akhirnya aku merasa jenuh di rumah selama 3 bulan itu, dan kebetulan mama menawarkan aku pekerjaan sebagai guru TK di sekolah temannya. Langsung saja aku meng-iya-kan. Mudah sekali masuk menjadi bagian dari sekolah tersebut, karena memang mereka membutuhkan guru. Ya.. TK tersebut adalah PG & TK Bina Insan Mandiri yang terletak di daerah srengseng. Jaraknya lebih dekat dari tempat mengajar sebelumnya (KB & TK Assalam) hanya 15 - 20 menit dari rumahku.
Aku mulai mengajar di TK ini tanggal 16 Juli 2018. Kesan pertama yang aku rasakan adalah TK ini lebih baik dari TK sebelumnya, kenapa aku katakan begitu? karena di sini masing-masing kelas dihandle oleh 2 orang guru, itu berarti anak-anak akan terawasi secara keseluruhan. Namun seiring berjalannya waktu, setelah 4 bulan aku mengajar di sana, makin banyak "keburukan" di dalamnya. Memang dari luar terlihat baik saja, namun di dalam "raga" TK tersebut sangat berantakan. Banyak kegiatan yang tidak dapat terlaksana, padahal orang tua murid sudah membayar kegiatan di awal, namun mengapa banyak kegiatan yang tidak di-acc oleh yayasan? mencurigakan bukan? Guru selalu menjadi santapan empuk kemarahan orang tua murid jika ada kegiatan yang tidak terlaksana. Apakah yayasan mengetahui itu? hahaha tentu saja tidak, mereka hanya bisa tutup mata.
Niat hati ingin bahagia mengajar dengan tenang, malah cacian dan kritikan yang di dapat setiap hari. Tidak ingin naif, gaji yang didapatpun tidak seberapa dibandingkan dengan pekerjaan yang kami (guru) lakukan. Hhhhh memang sih semua pekerjaan pasti akan ada hal-hal yang menyebalkan seperti ini, mungkin aku saja yang terlalu lemah menghadapinya. Tapi sejujurnya memang hidup setiap hari seperti dikejar-kejar hutang dan emosi yang dipendam sangat melelahkan, loh.